Sumber Gambar: imagethirst.com
Namun ternyata, tidak selamanya uang menjadi hal paling esensial yang bisa digunakan untuk membuat anak gembira. Ketersediaan waktu untuk anak juga menjadi hal yang tak kalah penting. Berikut ini IDNtimes telah meringkas sebuah percakapan anak dan ayahnya yang membuktikan betapa sang anak begitu merindukan waktu untuk bercengkrama:
Anak: “Ayah, apa kakak boleh tanya sesuatu sama ayah?”
Ayah: “Oh ya, ada apa kak? Tanya saja!”
Anak: “Mmm, ayah kalau di kantor satu jam-nya dibayar berapa?”
Ayah: “Kok nanya gituan? Buat apa kakak tahu?”
Anak:”Ah enggak kok yah, kakak cuma mau tahu saja. Berapa yah?”
Ayah: “Duh sebenarnya gak sopan sih kamu nanya gitu. Tapi ya kalau ayah harus jawab, ayah dibayar 100.000 rupiah per jam”
Anak: “Oooh…” (lalu kepala sih anak menunduk sedih)
Anak: “Kalau gitu, boleh gak kakak pinjam uang ayah 50.000 rupiah”
Ayah: (Dengan wajah marah si ayah langsung mengomeli anaknya) “Kakak buat apa tanya gitu? Kalau kakak nanya cuma buat beli mainan gak penting atau beli barang gak berguna sampai mau pinjam uang, mending kakak sekarang pergi ke kamar terus tidur. Gini ya kak, ayah kerja keras itu buat dapat uang bayar banyak keperluan. Kakak jangan egois dong mau beli-beli sembarangan. Kakak sudah besar sekarang, sudah gak pantas pinjam-pinjam cuma untuk hal-hal sepele. Ngerti?”
Ayah: “Oh ya, ada apa kak? Tanya saja!”
Anak: “Mmm, ayah kalau di kantor satu jam-nya dibayar berapa?”
Ayah: “Kok nanya gituan? Buat apa kakak tahu?”
Anak:”Ah enggak kok yah, kakak cuma mau tahu saja. Berapa yah?”
Ayah: “Duh sebenarnya gak sopan sih kamu nanya gitu. Tapi ya kalau ayah harus jawab, ayah dibayar 100.000 rupiah per jam”
Anak: “Oooh…” (lalu kepala sih anak menunduk sedih)
Anak: “Kalau gitu, boleh gak kakak pinjam uang ayah 50.000 rupiah”
Ayah: (Dengan wajah marah si ayah langsung mengomeli anaknya) “Kakak buat apa tanya gitu? Kalau kakak nanya cuma buat beli mainan gak penting atau beli barang gak berguna sampai mau pinjam uang, mending kakak sekarang pergi ke kamar terus tidur. Gini ya kak, ayah kerja keras itu buat dapat uang bayar banyak keperluan. Kakak jangan egois dong mau beli-beli sembarangan. Kakak sudah besar sekarang, sudah gak pantas pinjam-pinjam cuma untuk hal-hal sepele. Ngerti?”
Si anak pun lalu pergi meninggalkan ayahnya di ruang tamu. Ia tak menyangka sang ayah akan marah. Sementara itu di sisi lain, ayah juga terheran-heran mengapa anaknya seberani itu bertanya soal uang padanya. Tapi setelah selang satu jam akhirnya ayah mendatangi anaknya di kamar dan berpikir mungkin saja kalau anaknya memang membutuhkan uang tersebut.
Ayah: “Kak, sudah tidur belum?”
Anak: “Belum yah. Kakak masih bangun”
Ayah: “Mmm, ayah sudah berpikir kalau ayah mungkin sudah keterlaluan tadi marah karena kamu minta uang. Ini kak uang yang kakak minta 50.000 rupiah kan?”
Anak: “Waaah, terimakasih ayah”
Lalu si anak mengambil uang dari tangan ayahnya dan pergi ke tempat tidur. Dari bawah bantal ia menarik kantung tas berisi uang receh dan menghitung satu persatu uang di dalamnya. Sang ayah yang menyaksikan hal tersebut kembali menarik nafas dan ingin memarahi anaknya
Ayah: “Loh kamu punya uang? Kok masih minta sama ayah?”
Anak: (Dengan senyum dan wajah polosnya ia menjawab) “Iya yah tapi tadi uang kakak masih kurang cuma ada 50.000 rupiah. Nah karena uangnya sudah ada 100.000 rupiah, kakak bisa gak beli waktu ayah satu jam kayak bos ayah di kantor? Jadi besok ayah bisa pulang lebih cepat terus makan malam deh sama kakak.
Anak: “Belum yah. Kakak masih bangun”
Ayah: “Mmm, ayah sudah berpikir kalau ayah mungkin sudah keterlaluan tadi marah karena kamu minta uang. Ini kak uang yang kakak minta 50.000 rupiah kan?”
Anak: “Waaah, terimakasih ayah”
Lalu si anak mengambil uang dari tangan ayahnya dan pergi ke tempat tidur. Dari bawah bantal ia menarik kantung tas berisi uang receh dan menghitung satu persatu uang di dalamnya. Sang ayah yang menyaksikan hal tersebut kembali menarik nafas dan ingin memarahi anaknya
Ayah: “Loh kamu punya uang? Kok masih minta sama ayah?”
Anak: (Dengan senyum dan wajah polosnya ia menjawab) “Iya yah tapi tadi uang kakak masih kurang cuma ada 50.000 rupiah. Nah karena uangnya sudah ada 100.000 rupiah, kakak bisa gak beli waktu ayah satu jam kayak bos ayah di kantor? Jadi besok ayah bisa pulang lebih cepat terus makan malam deh sama kakak.
Mendengar kalimat itu, air mata sang ayah langsung menetes karena merasa tertampar dengan ucapan anaknya. Ia menarik si anak dan memeluknya serta meminta maaf karena ia terlalu sibuk dengan urusan kantor sehingga tidak punya waktu untuk keluarganya.
Berapa banyak dari kita yang bekerja mati-matian di kantor, menghabiskan waktu lebih dari delapan jam untuk pekerjaan kita dan lupa untuk membaginya dengan keluarga? Mungkin seakan-akan kita bekerja begitu keras dan giat untuk mereka, namun apakah kita sudah memberikan waktu kita, harta yang paling berharga, untuk mereka? Mungkin uang dan kesenangan sementara bisa kita berikan untuk mereka dari hasil kerja keras itu. Namun, sebenarnya kita malah lehilangan momen indah yang justru jauh lebih mahal harganya.
CAR,HOME DESIGN,FOREX,HOSTING,HEALTH,SEO